Rabu, 24 Desember 2014
Sekretariat PP Raudlotul Qur'an
Jl. Kyai Gilang RT. 02 RW. IV Kauman
Kelurahan Mangkangkulon Kecamatan Tugu
Kota Semarang 50155
Telp. (024) 8660470 - (024) 70520033
Kelurahan Mangkangkulon Kecamatan Tugu
Kota Semarang 50155
Telp. (024) 8660470 - (024) 70520033
Wisata Gua Akbar Tuban
Bumi Seribu Goa adalah salah satu julukan bagi Kabupaten Tuban – Jawa Timur.
Julukan itu karena begitu banyaknya goa yang terdapat di segala penjuru daerahnya.
Salah satunya adalah Goa Akbar yang menjadi Destinasi Wisata Utama di Tuban.
Julukan itu karena begitu banyaknya goa yang terdapat di segala penjuru daerahnya.
Salah satunya adalah Goa Akbar yang menjadi Destinasi Wisata Utama di Tuban.
Gua ini cukup menarik dengan berbagai kisah dan panorama gua di dalamnya. Lokasinya juga cukup unik karena berada tepat di bagian bawah Pasar Baru Tuban. Tak heran bila dulu sebelum gua ini dibersihkan dan dibangun, banyak pedagang pasar yang langsung membuang sampahnya ke dalam lubang gua ini.
Goa Akbar berada sekitar 100 meter di belakang Pasar Baru Tuban yang berada di tepi Jalan Raya Surabaya – Semarang.
Uniknya, karena berada di belakang Pasar Baru Tuban itu, tentunya Goa Akbar dengan Lorong-Lorong goa yang cukup panjang ini juga berada tepat di bawah Pasar Baru Tuban.
Memasuki Wisata Goa Akbar tiket masuknya Rp 5000 per orang. Bentuk Gerbang cukup menarik. Begitu pula dengan Pilar-pilar dengan Tanaman Peneduh nya.
Bangunan peneduh Goa Akbar berbentuk seperti pendapa yang cukup besar dengan beberapa kubah sebagi pelindung lubang Goa Akbar dari Air hujan.
Di dinding sebelah pilar-pilar itu terdapat beberapa relief yang diantaranya berkisah tentang Walisongo dan Sunan Bonang , Ronggolawe, Sri Huning Mustika Tuban, dan sebagainya.
Melangkahkan kaki Memasuki lorong demi lorong di dalam Gua Akbar pengunjung bisa menjumpai beragam Stalaktit dan stalakmit.
Ada juga Sungai yang berair cukup deras. Yang menarik, ada batu yang diberi nama Sela Sardula ( batu Anjing ) karena bentuknya seperti anjing.
Ada juga Pasepen Kori Sinandi yang artinya tempat untuk menyepi yang tersamar karena bentuknya yang tersamar dan berada di dalam lorong goa yang cukup kecil.
Selain itu juga terdapat pancuran air yang airnya mengalir cukup deras yang digunakan oleh para pengunjung untuk membasuh muka atau menampungnya di dalam botol kemasan sebagai oleh-oleh dari Goa Akbar.
Lorong-lorong Goa Akbar cukup panjang dan lebar.
Pada Dinding goa tampak bergantungan koloni kelelawar yang tampak hilir mudik berterbangan di dalam Gua.
Di ujung lorong sebelum keluar dari Gua Akbar terdapat mushola yang digunakan oleh pengunjung untuk beribadah.
Goa Akbar adalah satu dari pesona keindahan Goa di Bumi Ronggolawe. Rasanya tak lengkap jika berkunjung ke Tuban tetapi tidak mengunjugi wisata Gua Akbar.
.
Karena lokasinya yang berdekatan dengan lokasi parkir bis wisata ziarah Makam Sunan Bonang, Gua Akbar ini biasanya menjadi satu paket perjalanan dalam wisata ziarah Walisongo.
Wisata Gua Akbar Tuban
Goa / Gua Akbar (Cave), Gedongombo, Semanding, Tuban, East Java, Indonesia
Bumi Seribu Goa adalah salah satu julukan bagi Kabupaten Tuban…
Data peta ©2014 Google
Peta
Satelit
10 km
ADAB ZIARAH WALI
Adab Ziarah Wali
Bagi sedulur2 yang masih bertanya2 tentang hukum ziarah, berikut saya petikkan tulisan dari K.H. Mustafa Mas’ud Haqqani.
Semoga bermanfaat untuk menambah pemahaman tentang ziarah kubur.
Nabi SAW bersabda,
“Barang siapa berziarah ke makamku, niscaya aku akan memberinya syafaatku.”
Wahai yang terbaik di antara para penghuni kubur
Wahai kau, yang keharumannya membubung luhur
Menuju ketinggian dan menukik menyentuh kedalaman,
Mungkinkah aku jadi tebusan bagi makam yang kautinggali,
Yang di dalamnya ada kemurnian, karunia, dan kemurahan hati!
(sebuah puisi Arab Badui di makam Nabi SAW)Untuk
dapat melakukan ziarah dengan baik, perlu diperhatikan adab yang benar,
agar tercapai tujuan yang semestinya, dan tidak meleset arahnya.
Pastikan bahwa kita benar-benar sedang mengarah hanya pada apa-apa yang
disukai dan diridai Allah SWT, jangan pada arah yang tidak jelas.
Bahwa
berziarah kepada para awliya atau pun para kekasih Allah SWT—apalagi
yang merupakan sahabat Nabi SAW, ataupun umumnya para wali, merupakan
perkara yang sangat dianjurkan, dan seyogyanya begitu rupa kita
pentingkan. Rasulullah SAW sendiri nyata-nyata mengunjungi makam
sahabat-sahabat beliau, yang merupakan awliya itu, di Baqi' al-Gharqad,
mendoakan ampunan Allah SWT bagi sahabat-sahabat beliau. Demikian juga
beliau berziarah ke Uhud.
Bahkan suatu ketika Rasulullah SAW
juga menyapa suatu makam orang kafir, “Betul nggak janji-janji Allah SWT
yang aku disuruh menyampaikannya kepadamu? Ancaman-ancamannya sudah
kamu jumpai sekarang kan?”
Para sahabat lalu bertanya, “Apakah
mereka dapat mendengar sapaanmu itu yaa Rasulallah SAW? Rasulullah SAW
menjawab, ”Mereka mendengar, namun (karena kafirnya di dunia dahulu,
kini mereka sibuk dengan penderitaan yang sedang melilit dirinya di
dalam kubur) tak mampu lagi menjawab sebagaimana mestinya.”
Nah,
kalau orang kafir saja mendengar, walaupun tak berdaya menjawab,
bagaimana halnya dengan orang mukmin? Bagaimana dengan orang saleh?
Bagaimana dengan awliya? Bagaimana dengan para Syuhada? Bagaimana dengan
Anbiya'? Bagaimana dengan sahabat-sahabat Nabi SAW yang mereka
merupakan suluh bagi kita untuk dapat meraih petunjuk Allah SWT yang
kita cari, dan yang sangat kita perlukan? Yang demikian ini sudah jelas
terungkap dalam riwayat dan hadits yang shahih.
Hal-hal yang
sepatutnya menjadi tujuan ziarah ke makam para wali, atau pun
orang-orang alim adalah agar kita menjadi semakin dekat (qarib/taqarrub)
kepada Allah SWT itu sendiri. Kedua adalah agar kita berdoa dengan
tulus, dan bersungguh-sungguh untuk beliau; karena sesungguhnya Allah
SWT telah menganugerahi suatu bentuk berkah yang berlimpah kepada
beliau; dan karena ‘lubernya’ berkah itu, semoga terlimpah kembali
kepada para peziarah dan keluarganya; yaitu dalam bentuk dan takaran
rahmat yang semakin melimpah ruah.
Yang sepatutnya dilakukan olah
para peziarah adalah mengambil posisi berhadapan muka dengan yang
diziarahi. Dalam jarak yang cukup dekat namun penuh hormat. Menyampaikan
salam dengan sikap yang sopan, khusyuk, merunduk, memandang ke bumi
dangan teduh, serta menghormati pribadi yang diziarahi, seraya
menanggalkan aneka macam kesadaran diri yang ada. Imajinasikan
seolah-olah kita sedang menatap muka beliau, dan sorot mata beliau pun
seolah-olah menatap kita. Hati meliput cakrawala keluhuran martabat
maupun asrar (rahasia rohaniah) yang dilimpahkan Allah SWT pada beliau;
pada keluhuran kewalian beliau; pada aspek kedekatan beliau dengan Allah
SWT dan lantaran ketaatan beliau kepada-Nya yang telah mendatangkan
limpahan wacana Rabbaniyah pada diri beliau itu.
Lakukan hal ini
dengan khidmat. Kalbu atau pun bashirah (mata batin) peziarah seharusnya
terus-menerus dan semakin cermat menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa
betapa dangkal dan tumpulnya upaya diri kita untuk meraih taraf "kasih"
Allah SWT seperti yang telah beliau peroleh itu. Maka tumbuhkanlah
sendiri suatu nuansa kesadaran diri untuk mulai semakin
bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah SWT; dengan meniru beliau
yang sedang diziarahi itu, dan agar memperoleh pencerahan dari beliau.
Inilah
nikmatnya berziarah yang dapat ditempuh untuk dapat lebih
bergegas-gegas lagi menuju Allah SWT; bangunkan sendiri garis lurus
dalam alam sadar (conscious) kita suatu energi gaib (di dalam kalbu)
seraya mengelakkan diri dari pesona; magnitude; maupun tarikan kuat
"selera duniawi".
Ketahuilah, sesungguhnya getaran selera
dangkal, atau duniawi itulah yang membutakan "bashirah", dan menghalangi
suatu kedekatan antara kita dengan Allah SWT, atau pun dengan citra
diri yang baik, dan itu jugalah yang tak henti-hentinya membuat kita
berputar-putar secara tak berkeputusan.
Hendaknya peziarah
memandang diri sendiri dengan mata hatinya; betapa sesungguhnya dengan
ziarah itu berarti Allah SWT sedang bermurah hati menjadikan dirinya
semakin mendekati seorang wali tertentu, dan bahwa dirinya mulai
bersedia menyandang perilaku (akhlak) para kekasih-Allah SWT itu; bahwa
ia semakin mantap dalam berpegangan kepada model panutan, serta jalan
hidup yang benar, dan penuh kesungguhan menuju Allah SWT, seperti yang
dilakukan beliau-beliau para awlia itu. Dan agar dapat mencapai martabat
kehambaan yang hakiki di sisi Allah SWT, seperti yang saat ini menjadi
reputasi beliau-beliau para wali itu.
Namun betapa kenyataan
sehari-hari yang dijalani para peziarah justru mendepak kembali peluang,
dan kondisi yang dihadapkan oleh Allah SWT itu menjadi hanya selintas
maya. Jika memang demikian, seharusnya peziarah mulai membayangkan
seolah-olah dirinya sedang hadir di hari kiamat, atau pun di hari
kebangkitan.
Saat itu para awliya yang bangkit dari makamnya itu pun
dalam tampilan atau citra yang cerah dan penuh keriangan karena
menyandang rida Allah SWT dari sebab perilaku yang beliau-beliau lakukan
di dunia dahulu dengan penuh ketaatan – di samping keterkaitannya yang
intens bersama Rasulullah SAW. Beliau-beliau mengendarai kereta cahaya
yang menggambarkan karamah beliau, seraya dipayungi oleh para malaikat
dengan payung yang gemerlap, yang berawal dari amalan-amalan salehnya.
Di atas kepala beliau-beliau bertemaram cahaya tiara, sedemikian teduh,
dan dapat kita jadikan tambatan yang dapat menyaput derita para pendosa,
atau pun orang-orang yang berbekal ketaatan, namun lantaran
pengejarannya di dunia ini atas syahwat yang tak berkeputusan, dapat
menjungkalkan yang bersangkutan ke derita kubur. Orang-orang seperti itu
kini sedang melolong dalam tujuannya dan kebingungannya. Penuh
ketakutan dan bersimbah peluh yang telah menenggelamkan dirinya dalam
nestapa, seraya makin tak tahu apa yang bisa diperbuatnya.
Yakinkanlah
dirimu wahai peziarah, jangan sampai kelak akan mengalami yang demikian
itu. Maka bangkitkan rohanimu, jangan lagi berlalai-lalai, berdukalah
sekarang, menangislah saat ini, jangan nanti. Dan mulailah berdoa untuk
kedua perspektifmu; di dunia ini, terutama di akhirat nanti. Mohonlah
agar Allah SWT yang Rahim membenahi dirimu dengan mengkaruniakan Tawfiq
kepadamu, seperti halnya menjadi karunia Allah SWT bagi orang-orang
saleh. Bacalah ayat-ayat al-Qur'an, perbanyak doa, istighfar, penyadaran
diri kepada Allah SWT yang semakin sungguh-sungguh dan penuh harap.
Tentramkan dirimu bersama awliya, anbiya, atau sahabat, dan merasakan
cukup bersamanya sajalah, jika yang demikian ini dapat kita persembahkan
kepada Allah SWT niscaya Dia makin melimpahkan rahmat, dan semakin
berkenan mengijabahkan doamu.
Ketahuilah hanya dengan
bersungguh-sungguh, orang akan mendapatkannya dan yang beruntung meraih
pintu Sang Pemurah, pasti tak akan kandas dari segala apa yang menjadi
maksud dan tujuannya. Oleh karena itu hindarilah kecondongan hati yang
tak bersungguh-sungguh melalui ziarahmu kepada orang saleh.
Berziarahlah
dalam kekhusyukan, dalam taqarrub kepada Allah SWT. Janganlah karena
pertimbangan membutuhkan pengakuan orang, dan jangan pula supaya
terkesan sebagai orang saleh, malah nanti akan menjadi tambahan puing
petaka rohanimu saja.
Hindarilah dari bercakap yang tidak baik, atau
pun tak senonoh, atau pun yang tak jelas perlu dan manfaatnya, di
haribaan makam orang saleh. Sebab hal itu dapat menimbulkan murka Allah
SWT, dapat menimbulkan "gelo" (kekecewaan—Jawa) atau pun kedukaan orang
saleh itu sendiri, dan sekiranya malah akan menghampirkan dirimu sendiri
kepada kehancuran secara tidak kita sadari. Sekali lagi elakkan yang
demikian ini.
Poin utama dalam ziarah adalah menggerakkan zikir, selawat, baca ayat al-Qur'an, sepenuh jiwa dan raga.
Hanya
Allah SWT saja yang dapat menunjukkan kita ke jalan yang benar dan
membahagiakan. Maka kita bersandar, bertumpu, dan berserah diri ke
jalan-Nya. Selawat dan salam semoga makin terlimpah kepada Rasulullah
SAW, pegangan kita hingga hari pembalasan kelak. La hawla wala quwwata
illa billahil ‘aliyyil ‘azhiim.
Adab Ziarah
Mengucapkan Salam
(yang dipuisikan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad) kepada Arwah
yang diziarahi, seraya menghadap ke Hadirat Allah SWT dengan sepenuh
hati:
Salaamullah yaa Saadah Minarrahmaan yaghsyaakum
(diulang di antara bait-bait berikut:)
Ibaadallah ji’naakum qaashadnaakum thalabnaakum
Tu’inuunaa tughiitsuunaa bihimmatikum wajadwaakum
Fah-buunaa wa uthuuna athaayaakum hadaa yaakum
Falaa Khayyabtumuu zhannii fahasyaakum wahaasyaakum
Sa’idnaa idz atainaakum wafuznaa hiina zurnaakum
Faquumuu wasyfa’uu fiinaa ilar-rahmaan mawlakum
`Asaa nuhzhaa asaa nu`thaa mazaayaa min mazaayaakum
`Asaa Nazhrah `asaa rahmah taghsyaanaa wataghsyaakum
Salaamullah hayyaakum wa’aynullaah tar’aakum
Washallallahu Mawlaana wasallama maa ataynaakum
‘Alal Mukhtaari syaafi’inaa wamunqi dzinaa wa iyyaakum
Wahai Tuanku, semoga Salam Allah tetap tercurah padamu
Kami, hamba-hamba Allah datang kepadamu.
Kami
bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu. Untuk
menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu,
sesuai dengan spirit dan pencapaianmu selama ini.
Maka cintailah dan berikanlah kepada kami apa-apa yang Allah berikan padamu selama ini.
Jangan
biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua dari sifat tega
menyia-nyiakan kami. Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami
amat berbahagia dengan kunjungan ini, maka bangkitlah menjadi syafaat
buat kami bermohon pada ar-Rahman tuanmu.
Mudah-mudahan kita dirangkum dan dibelai dengan limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu.
Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan makin menyelimuti kita.
Mudah-mudahan engkau semakin dihidupkan dengan belaian Allah dan pandangan menggembalakan.
Mudah-mudahan
rahmat Allah semakin terlimpah pada manusia pilihan agar semakin
terlimpah untuk kita dan yang menuntun kami semua.
Al-Faatihah
Syahadat 3 kali
Istighfaar 3 kali
Al-Ikhlash 3 kali
Al-Falaq
An-Naas
Ihda: Ilaa Hadratin Nabi… Al-Faatihah
Membaca Surat Al Mulk atau Surat Yasin atau lainnya
Doa
Al-Faatihah
bisa juga dibacakan zikir Khatm Khwajagan, Mawlid, Tahlil dan sebagainya.
Sumber : www.supranatural.us/showthread.php/14-Adab-Ziarah-Wali
Langganan:
Postingan (Atom)