Selasa, 17 Januari 2012

Menyikapi Ujian Sakit

Oleh : Aa Gym

Semoga Allah SWT yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan bathin. Bersabar ketika diuji sakit dan bersyukur ketika dikaruniai sehat. Karena ada kalanya seseorang yang diuji sakit terhina karena ketidaksabarannya dan dikala sehat terhina karena ketidaksyukurannya. Sabar adalah kegigihan kita untuk selalu berada di jalan yang Allah sukai.

Sabar bukan hanya ketika diuji sakit, tapi juga sabar ketika diuji dengan kondisi lapang. Ketika sedang diuji sakit, kesabaran  seseorang akan tampak dari akhlaq dalam menyikapinya. Tidak jarang orang sakit bicaranya tidak karuan, penuh dengan keluh kesah, dan emosi. Sungguh, sangatlah merugi bagi seseorang yang ketika diuji sakit disikapi dengan emosi. Tetap saja tidak akan menjadikannya sembuh.

Lalu, bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya? Adabeberapa sikap sabar yang bisa kita latih disaat kita diuji sakit. Pertama, sikap berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa tubuh ini bukan milik kita, melainkan milik Allah.

Dia berkuasa penuh akan tubuh kita. Mau dijadikan sehat atau sakit, itu hak Dia (Allah). Meski usaha pergi ke dokter sudah  dilakukan, tetap saja semua ada dalam genggaman-NYA. Dan kita pun patut sadari bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakikatnya sudah diukur Allah. Maka biasakanlah untuk mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun” ‘Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-NYA lah tempat kita kembali’.

Sikap sadar tersebut akan berbuah keyakinan. Yakin bahwa Allah SWT tidak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila tidak ada hikmahnya. Sehingga kita terpanggil untuk mengintrospeksi diri. Mungkin saja sakit yang kita derita karena tidak terpenuhinya anggota tubuh kita akibat kelalaian seperti memforsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tidak meyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.

Sikap sabar yang kedua yang harus dikuasai yaitu sikap menerima sepenuhnya akan ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah. Keluh kesah adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya, orang sakit menderita itu bukan karena sakitnya, melainkan karena dramatisasinya. Dan itu terjadi karena kurang bisa menerima ketentuan Allah dan biasanya terdorong keinginan untuk dikasihani, sehingga orang-orang berempati kepadanya. Oleh karena itu, betapapun parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya.

Sikap yang ketiga, dengan menafakuri hikmah sakit. Selain sebagai sarana untuk muhasabah, mengintrospeksi diri juga sebagai sarana pengguguran dosa seperti gugurnya daun dari pepohonan. Saudaraku, sesungguhnya hidup sukses, menang mengarungi hidup, mudah mendapatkan pertolongan Allah, dan kemampuan untuk bisa dekat dengan-NYA hanya dimiliki oleh orang-orang yang sabar. Untuk itu jadikanlah sabar sebagai penolong kita seperti halnya Sholat yang kita kerjakan. “Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu”. Hal itu tercantum dalam (Q.S Al-Baqarah 153) yang artinya “Wahai orang – orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang – orang yang sabar”. Wallahu a’lam bih showab.
(dikutip dari Majalah Al-Falah)

Wallahu a'lam bisshawab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar